KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI
INDONESIA
1.
Kerajaan
Samudera Pasai
a. Letak Kerajaan
Kerajaan Samudera Pasai adalah kerajaan pertama di
Indonesia yang menganut agama islam. Secara greogafis, kerajaan Samudera Pasai
terletak di daerah pantai timur pulau
Sumadera bagian utara yang berdekatan dengan jalur pelayaran perdagangan
internasional pada masa itu, yakni selat Malaka.
Dengan posisi yang sangat strategis ini, Kerajaan
Samudera Pasai berkembang menjadi kerajaan islam yang cukup kuat pada masa itu.
Perkembangan ini juga didukung dengan hasil bumi dari Kerajaan Samudera Pasai
seperti lada. Dipihak lain, Bandar-bandar dari kerajaan Samudera Pasai juga
juga dijadikan sebagai Bandar penghubung antara para pedagang Islam yang datang
dari arah barat dengan para pedagang Islam dari arah timur.
Keadaan seperti inilah yang mengakibatkan Kerajaan
Samudera Pasai mengalami perkembangan yang cukup pesat pada masa itu, baik
dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya
b. Kehidupan Politik
Berdirinya Kerajaan Samudera Pasai tidak dapat
diketahui dengan pasti. Akan tetapi para ahli berhasil menemukan bukti tentang
perkembangan kekuasaan Kerajaan Samudera Pasai. Raja-raja yang pernah
memerintah Kerajaan Samudera Pasai antara lain:
Nazimudin
al-Kamil
Pendiri
Kerajaan Samudera Pasai adalah
Nazimudin al-Kamil seorang laksamana laut dari Mesir. Ia mendapat tugas merebut
pelabuhan Kambayat di Gujarat yang dijadikan tempat pemasaran barang-barang
perdagangan dari Timur. Nazimudin al-Kamil juga mendirikan satu kerajaan di
Pulau Sumatera bagian utara. Tujuan utamanya adalah untuk dapat mengusai hasil
perdagangan rempah-rempah dan lada.
Nazimudin al-Kamil meletakkan dasar-dasar
pemerintahan kerajaan Samudera Pasai dengan berlandaskan hokum-hukum ajaran
islam. Dibawah pemerintahannya, kerajaan Samudera Pasai mengalami perkambangan
yang cukup pesat, walaupun secara politis Kerajaan Samudera Pasai berada di
bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit
Sultan
Malikul Saleh
Setelah
berhasil Dinasti Fatimah di mesir, Dinasti Mamaluk ingin merebut Samudera Pasai
agar dapat menguasai pasaran lada di wilayah timur. Dinasti Mamaluk mengirim
Syekh Ismail yang bersekutu dengan Marah Silu. Mereka berhasil merebut Kerajaan
Samudera Pasai, dan Marah Silu diangkat sebagai rajanya dengan gelar Sultan
Malikul Saleh.
Perkawinan
Sultan Malikul Saleh dengan Putri
Ganggang Sari memperkuat kedudukannya di daerah pantai Timur Aceh, sehingga
Kerajaan Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan di selat Malaka.
Sultan Malikul Thahir
Setelah Sultan Malikul Saleh wafat, tahta kerajaan
beralih pada putranyan yang bergelar Sultan Malikul Thahir. Pada masa
kekuasannya terjadi peristiwa penting di Kerajaan Samudera Pasai saat Putra
Sultan Malikul Saleh yang bernama Abdullah memisahkan diri ke daerah Aru dan
bergelar Sultan Malikul Mansur. Ia kembali kepada aliran yang semula yaitu
aliran Syiah
Ketika Kerajaan Malaka muncul dan berkembang sebagai
pusat perdagangan di Selat Malaka, kedudukan Kerajaan Samudera Pasai sebagai
daerah perdagangan mulai redup.
2.
Kerajaan Malaka
a. Letak Kerajaan
Pada masa kejayaannya, kerajaan Malaka merupakan pusat
perdagangan dan penyebaran Islam di Asia Tenggara. Perkembangan Kerajaan Malaka
dibidang politik, ekonomi, sosial dan budaya tidak dapat dipisahkan dengan
posisi dan letaknya yang strategis dalam aktivitas pelayaran dan perdagangan
pada masa itu.
b. Kehidupan Politik
Iskandar
Syah
Dalam dunia perdagagan, Malaka berkembang sebagai
penghubung antara dunia Barat dengan dunia Timur. Perkembangan yang sangat
pesat itu mendorong Paramisora untuk membangun kerajaan bernama Malaka dan ia
langsung menjadi rajanya.
Aktivitas perdagangan di Selat Malaka pada waktu itu
didominasi oleh pedagang Islam. Mereka hanya melakukan aktivitas perdagangan
pada Bandar-bandar perdagangan islam. Untuk it, Paramisora memutuskan untuk
menganut agama islam. Ia mengganti namanya menjadi Iskandar Syah dan menjadikan
Kerajaan Malaka sebagai kerajaan Islam
Muhammad
Iskandar Syah
Setelah Iskandar Syah meninggal, tahta Kerajaan
Malaka dipegang oleh putranya yang bernama Muhammad Iskandar Syah. Ia
memerintah Malaka dari tahun 1414-1424. Di bawah pemerintahannya, wilayah kekuasaan
Kerajaan Malaka diperluas hingga mencapai seluruh wilayah Semenanjung Malaya.
Untuk memajukan perekonomian, Muhammad Iskandar Syah
berupaya menjadikan Kerajaan Malaka sebagai penguasa tunggal jalur pelayaran
perdagangan di Kerajaan Malaka. Untuk mencapai usahanya itu, ia harus dapat
menguasai kerajaan Samudera Pasai. Oleh karena itu, Muhammad Iskandar Syah memilih jalan menuju
perkawinan politik dan menikah dengan putri Kerajaan Pasai
Melalui perkawinannya dengan putrid Kerajaan Samudera
Pasai ini, Muhammad Iskandar Syah berhasil mencapai cita-citanya menguasai
selat Malaka. Di bawah pemerintahannya, pelayaran perdagangan di Selat Malaka
semakin ramai dan hal ini sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan
Kerajaan Malaka
Mudzafat
Syah
Mudzafat Syah merupakan raja pertama dari kerajaan
Malaka yang memakai gelar tersebut. Pada masa pemerintahannya, terjadi serangan
dar kerajaan siam. Serangab dilakukan dari darat maupun laut. Namun, semua
serangan itu dapat digagalkan. Keberhasilan menggagalkan serangan dari Kerajaan
Siam itu menambah penting Kerajaan Malaka di Selat Malaka
Sultan
Mansyur Syah
Kejayaan yang dialami Kerajaan Malaka ini adalah
berkat usaha sultan Mansyur Syah. Dengan melanjutkan politik ayahnya, yaitu
memperluas wilayah kekuasannya, baik di Semenanjung Malaya maupun di wilayah Sumatera
Tengah, seperti daerah Kampar yang ditaklukkan dan dijadukan daerah jajahan
Sultan
Alahuddin Syah
Perkembangan ekonomi tetap stabil pada masa awal
pemerintahannya. Namun, karena Sultan Alaudin Syah tidak secakap Sultan Mansyur
Syah, maka kekuasaan kerajaan Malaka mulai mengalami kemerosotan. Daerah yang dulu
ditaklukkan, satu persat melepaskan diri dari kerajaan Malaka.
Sultan
Mahmud Syah
Dibawah kekuasaanya, Kerajaan Malaka merupaka
kerajaan yang sangat lemah. Daerah kekuasaanya meliputi sebagian kecil Semenanjung
Malaya. Keadaan ini menambah suramnya Kerajaan Malaka. Pada masa kekuasaanya muncul
ekspedidi bangsa Portugis pimpinan Alfonso d’Albuquerque berusaha merebut
Kerajaan Malaka. Akhirnya, pada tahun 1511 kerajaan Malaka jatuh ke tangan Portugis.
3. Kerajaan
Demak
a.
Letak Kerajaan
Kerajaan Demak merupakann kerajaan Islam pertama di
Pulau Jawa. Secara greogafis Kerajaan Demak terletak di daerah Jawa Tengah,
tetapi pada awal kemunculannya Kerajaan Demak mendapat bantuan dari para bupati
daerah pesisir Jawa Tengah dan Jawa Timur yang telah menganut agama islam.
Pada masa sebelumnya, daerah Demak bernama Bintaro
yang merupakan daerah vassal atau
bawahan Kerajaan Majapahit.
b. Kehidupan Politik
Raden
Patah
Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Demak berkembang
dengan pesat, karena memiliki daerah pertanian luas sebagai penghasil bahan
makanan, terutama beras. Oleh karena itu, Kerajaan Demak menjadi kerajaan
agraris-maritim.
Pada masa pemrintahan Radeh Patah, wilayah kekuasaan
Kerajaan Demak meliputi daerah Jepara, Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi dan
beberapa daerah di Kalimantan. Disamping itu, Kerajaan Demak juga memiliki
pelabuhan-pelabuhan penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan, dan Gresik
yang berkembang menjadi pelabuhan transito.
Dalam penyebaran agama islam jasa para wali dalam
penyebaran agama islam sangat besar, baik di pulau Jawa maupun di luar Jawa
seperti didaerah Maluku.
Pada masa pemerintahannya Raden Patah membangun
Masjid Demak yang proses pembangunan masjid itu dibantu oleh para wali atau sunan.
Adipati
Unus
Masa pemerintahan Adipati unus tidak begitu lama,
karena ia meninggal dalam usia yang masih sangat muda dan tidak meninggalkan
seorang putra mahkota. Walaupun usia pemerintahannya tidak begitu lama, namun
namanya cukup dikenal sebagai panglima perang yang memimpin pasukan Demak
menyerang Portugis di Malaka. Setelah Adipati unus meninggal, tahta Kerajaan
Demak dipegang oleh saudaranya yang bergelar Sultan Trenggana
Sultan
Trenggana
Sultan Tranggana memrintah Demak dari tahun
1521-1546 M. di bawah pemerintahannya, Kerajaan Demak mencapai masa kejayaan. Sultan
Trenggana berusaha memperluas daerah kekuasaan hingga ke daerah Jawa Barat.
Pada tahun 1522 M Kerajaan Demak mengirim pasukannya ke Jawa Barat di bawah
pimpin Fatahillah. Daerah-daerah yang berhasil dikuasainya antara lain Banten,
Sunda Kelapa dan Cirebon. Pengusaan ini bertujuan untuk menggagalkan hubungan antara Portugis dan Kerajaan
Pajajaran.
Dalam usaha memperluas kekuasaanya ke Jawa Timur, Sultan
Trenggana memimpin sendiri pasukannya. Satu persatu daerah Jawa Timur berhasil
dikuasai, seperti Madiun, Gresik, Tuban, dan Malang. Akan tetapi ketika
menyerang Pasuruan Sultan Trenggana gugur.
Sumber: I Wayan Badrika.Sejarah untuk SMA Kelas XI