Inilah cerita perjalananku keliling Kota Semarang yang dilanjutkan ke Pekalongan (untuk cerita wisata ke Pekalongan dilanjutkan besok ya..), Dimulai dengan shalat magrib dahulu di depan Statiun Jatinegara karena sudah terdengar azan Magrib yang menyisakan cerita kriminal didalamnya yaitu seorang bapak yang kehilangan sepatunya setelah Shalat Magrib di Mushola tersebut, padahal tidak jauh dari Mushola tersebut ada Pos Polisi. (Dasar maling nekat, sepatu bagus diambil juga heheheh).
Sekitar pukul 19.32 WIB kereta Api Senja Utama Semarang Bisnis datang dari arah Statsiun Senen dan segera menaiki kerete tersebut untuk melanjutkan perjalanan ke Semarang yang rencananya akan tiba di Statsiun Tawang pukul 03.01 keesokan harinya.
Inilah pemadangan pertama ketika menaiki kereta malam, ternyata dibawah tempat duduk penumpang dimanfaatkan untuk merebahkan diri dengan sebelumnya dialasi oleh kertas koran, dengan posisi kaki memenuhi lorong kereta api,
Belum lagi dikejutkan oleh ulah pedagang asongan yang menawarkan dagangannya di setiap statsiun tempat kereta yang saya naiki berhenti, sehingga sering terbangun dari tidur. Tapi ada uniknya juga ketika mereka menawarkan barang dagangannya dengan kalimat jenaka yang membuat saya jadi tertawa geli misalnya Energen menjadi Enegren. Akhirnya kereta yang saya naiki sampai juga di Statsiun Semarang Tawang jam 03.47 WIB telat dari jadwal yang tertulis di dalam tiket.
Selamat datang di Semarang
Setelah menunaikan shalat subuh yang sempat terkecoh , karena ternyata di Semarang masih menggunakan doa qunut di setiap shalat Subuh, akhirnya diputuskan mencari penginapan yang dekat dengan Statsiun Poncol (karena besoknya akan melanjutkan ke Pekalongan dengan naik sempur di Statsiun ini, yang menurut informasi sehari ada 3 jadwal pemberangkatanke Pekalongan) dengan menaiki becak Semarang di dini hari, dengan terlebih dahulu memesan ticket kereta untuk pulang dengan tujuan Pekalongan-Jakarta untuk tanggal 26 September 2011.
Ternyata para penarik becak di Semarang ini juga pandai untuk menjadi pemandu wisata, karena disepanjang perjalanan penarik becak ini menceritakan gedung gedung yang dilewati, mulai dari Gereja Bleduk yang halamannya sering dipergunakan untuk syuting, dan sumbangan dari pelerintahan Belanda kepada kota Semarang dengan memesang conblok di jalan jalan yang masih ada bangunan bersejarahnya.(kalau salah mohion dilarat ya..)
Setekah beristirahat dan membersihkan diri di Hotel, cacing cacing diperut bernyanyi minta diisi sarapan. Maklumlah tidak mendapat sarapan pagi dari hotel karena kedatangan dibwah jam check in (12.00 pm). Akhirnya diputuskan untuk sarapan pagi diluar sekalian menyusuri kota Semarang, dimulai dari sarapan pagi di Resto Ayam Goreng Pemuda 1, (menu soto ayam plus teh manis) dan dilanjutkan menyusuri Tugu Muda yang ternyata minggu pagi tersebut dimanfaatkan oleh warga untuk beraktivitas oagi seperti olah raga dan terlihat ada sekumpulan pelajar SMU yang sedang di MOS.
Tidak jauh dari Tugu Muda, Terdapat Obyek Wisata lawang Sewu, Orang menyebutnya Lawang Sewu yang secara harfiah berarti 'seribu pintu' -- meski nyatanya pintu yang ada tak sampai seribu. Konon Obyek wisata ini penuh misteri karena [pada zaman kolonial bangunan gedung ini dipakai untuk kantor Pusat Kereta Api seluruh jawa dan pada saat pendudukan Jepang Ruang bawah tanah gedung yang difungsikan sebagai saluran pembuangan air, sebagian diubah jadi penjara bawah tanah yang sarat cerita penyiksaan tahanan.
Bukan cerita soal keindahan bangunan dan sejarahnya yang menonjol. Tapi justru keangkerannya. Kondisi gedung yang gelap, bocor di sana-sini, dan tak berpenghuni memancarkan aroma mistis, sehingga pemandu menawari uji nyali dengan menawarkan untuk menuruni tahanan di jamannya. Tetapi dengan halus saya menolaknya karena akan ditampilkan penunggu tempat tersebut
Setelah diresmikan oleh Ibu Ani Yudhoyono pada tanggal 5 Juli 2011, diharapkan kesan mistis yang terlanjur melekat selama bertahun-tahun dapat hilang dengan menjadikannya cagar budaya, icon Jawa Tengah, yang juga diharapkan jadi destinasi wisata internasional.
Setelah itu meluncurlah ke Pusat oleh oleh khas Semarang yaitu jalan Pandanaran dengan memasuki salah satu Toko Erlina yang terkenal dengan Bandeng duri lunak – Juwana, Wingko babat dengan aneka rasa dan oleh oleh kas lainnya (tinggal pilih dan bayar heheheh). Dan tentu saja tidak menyia nyiakan kesempatan untuk mencicipi Lunpia Semarang yang langsung makan ditempat.
Karena akan memasuki waktu Dzuhur, diputuskan untuk mampir sejenak di Masjid Kauman setelahterlebih dahulu mampir sebentar di pasar Johar Semarang yang merupakan pasar terbesar dan pusat perekononian di Semarang.
Sehari-hari hingga kini Masjid Kauman tetap ramai dikunjungi oleh umat Islam yang ingin melakukan ibadah sholat atau hanya sekedar beristirahat. Apalagi tempatnya yang berada ditengah keramaian di seputar pasar Johar. Dari jalan utama memang keberadaan masjid ini kurang kelihatan. Mungkin hanya terlihat menaranya saja yang menjulang tinggi di langit.
Sore harinya perjalanan dilanjutkan dengan mendatangi obyek wisata Sam Poo Kong (Kelnteng Terbesar di kota Semarang). Konon tempat ini adalah petilasan, yaitu bekas tempat persinggahan dan pendaratan pertama seorang Laksamana Tiongkok beragama islam yang bernama Zheng He / Cheng Ho dan terletak di daearah Simongan Sebelah barat daya Kota Semarang.
Dan kemudian dilanjutkan menuju Klenteng Tay Kak Sie yang konon merupakan Klenteng tertua dibangun pada tahun 1746 di Semarang dan menjadi obyek wisata religi di kota Semarang, terletak di jalan Gang Lombok no. 62 Pecinan Semarang. Untuk mencapai klenteng, dengan memakai becak saya harus menyusuri Gang Lombok yang juga terkenal sebagai kawasan Pecinan Semarang. Di sisi kiri jalan mengalir air dari Kali Semarang, sedangkan si sisi kanannya, berjejer para pedagang makanan khas Gang Lombok yang merupakan makanan khas pecinan.
Malam telah tiba dan saya harus kembali ke penginapan untuk melanjurtkan perjalanan ke Pekalongan esok harinya.
No comments:
Post a Comment