Thursday, July 30, 2015

DEMAK MY ADVENTURE

Kali ini kita akan pergi melancong menyusuri salah satu Kabupaten yang ada di Jawa Tengah yaitu Demak. Jika kita membicarakan kota Demak maka akan lekat sekali dengan wisata Religinya, dan itu memang benar di Demak terdapat masjid Agung Demak yang merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia. Masjid ini pada zaman dahulu digunakan oleh para ulama sebagai pusat penyebaran agama islam di tanah Jawa atau disebut Wali Songo. 
Demak juga memiliki julukan sebagai Kota Wali. Ya memang di Kota ini ada makam salah satu walisongo yaitu Sunan kalijogo. Selain Wisata religi di Kota ini juga terdapat pantai dan tempat wisata menarik lainnya. Apa saja Obyek wisata di Demak? berikut daftar beberapa tempat wisata yang ada di Demak :

1. Makam Sunan Kalijaga



Makam Sunan Kalijaga ini merupakan salah satu tempat wisata yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan karena disini terdapat makam salah satu penyebar islam di Jawa Tengah yaitu Wali Songo 
Sunan Kalijaga yang merupakan salah satu wali penyebar agam Islam di Tanah Jawa ini memiliki nama asli Raden said putra Adipati Tuban yaitu Tumenggang Wilakita atau sering di sebut Raden Sahur. Sejak kecil Raden Said sudah diperkenalkan kepada agama islam oleh guru Kadipaten Tumenggang. Raden Said terus mengembara menyebarkan kebaikan di lingkungan masyarakat sekitarnya hingga beliau meneruskan dakwahnya meneybarjan agama ialam di Jawa Tengah hingga Jawa Barat. Beliau sangat arif dan bijaksana dalam berdakwah sehingga dapat diterima dan dianggap sebaga guru suci se Jawa Tengah. Dalam usia lanjut beliau memilih kadilangu sebagai tempat tinggalnya yang terakhir.
Hingga sekarang beliadimakamkan di Jl. R. Sahid Kadilangu, Demak, Jawa Tengah, sekitar 1,5 Km dari Masjid Agung Demak menuju arah tenggara. Makam Sunan Kalijaga ini akan banyak dikunjungi peziarah pada saat malam Jumat Kliwon. Ditempat ini pula pada tanggal 10 Zulkijah dilaksanakan penjamasan pusaka peninggalan Sunan Kalijaga.

2. Masjid Agung Demak



Masjid Agung Demak ini adalah masjid tertua di Pulau Jawa. Masjid Agung Demak ini meruapakan ikon kabupaten demak. Terletak di Jalan Raden Patah yaitu terletak persis di barat alun alun Kota Demak. Masjid ini dibangun oleh para Wali Songo pada tahun 1478 pada masa pemerintahan Sultan Patah sekitar abad 15 Masehi. Secara arsitektural salah satu keistimewaannya adalah bentuk atapnya limas piramida bertingkat tiga yang menjadi khas bentuk masjid di Jawa, ini menunjukkan akidah islamiyah yaitu iman, Islam dan ihsan. Memiliki empat soko guru yang salah satunya konon dibuat dari tatal.
Masjid Agung Demak ini juga terdapat Pintu Bledheg yaitu pintu yang konon diyakini mampu menangkal petir ini merupakan ciptaan Ki Ageng Selo pada zaman wali. Di depan masjid Agung demak ini terdapat menara, bangunan sebagai tempat adzan ini didirikan dengan konstruksi baja. Pembangunan menara diprakarsai para ulama, seperti KH. Abdurrahman (Penghulu masjid Agung Demak)

3. Pantai Morosari



Jika tadi kita sudah membicarakan wisata religi yang berada di Demak, sekarang kita bergeser menuju wisata alam. Ya di Demak juga ada wisata alamnya yaitu pantai Moro Sari. Pantai ini bisa disebut sebagai "Surga" tersembunyi di Demak.

Pantai Morosari berada di wilayah Kecamatan Sayung Kabupaten Demak yang berbatasan dengan Kota Semarang. Pantai Morosari merupakan tempat rekreasi baru yang dibuka pada tanggal 19 Januari 2006. Terdapat berbagai fasilitas fasilitas wahana permainan  yang layak untuk dicoba seperti Parasailing, Kayak, Canoe, Dragon Boat, Water Bike, dan Jetsky. Dan jika kalian mengajak anak anak biasanya akan senang bermain Dragon Boat, atau Water Bike. Selain itu kita juga bisa bermain air atau pasir bersama keluarga.
Jika kita berkunjung ke pantai morosari pada sore hari kita bisa menikmati indahnya sunset atau matahari tenggelam.
Pada kawasan yang memiliki lahan kurang lebih seluas 5 Ha ini dibangun beberapa sarana-sarana pendukung dengan disain bangunan yang bernuansa etnik / tradisional menggunakan atap alang-alang. Selam perjalanan ke wisata Moro Sari Anda diperlihatkan suasana tambak ikan bandeng yang begitu luas. Fasilitas yang ditawarkan adalah:
a. Resto terapung yang menyediakan masakan laut dengan bumbu khas BaliJawa seperti Cumi-cumi, kepiting, paket paus, paket hiu, paket lumba dengan harga terjangkau
b. Permainan air seperti Speed boat
c. Pemandangan Tanjung Emas dan pemandangan pegunungan dipagi dan sore hari
d. Pemandangan sunset dan sunrise yang mempesona

4. Hutan Mangrove


Hutan Mangrove merupakan tempat yang populer di Kota Demak, hutan ini terletak di daerah Moro Sari Sayung Demak. Wisata ini terbilang masih cukup baru karena resmi dibuka pada tahun 2014. 
Disana terdapat ribuan hektar hutan bakau dan berbagai macam burung bangau yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Dan uniknya lagi di kawasan Hutan Mangrove terdapat makam yang terapung di tengah laut yakni makam Syekh Abdullah Mudzakir 
Perlu diketahui untuk menuju hutan mangrove ini kita harus melewati jalan kecil di atas laut yang jalannya lumayan sempit dan setelah sampai di lokasi ada beberapa larangan diantaranya di larang bergandengan tangan (terutama yang bukan muhrim), dilarang duduk di pinggiran kayu  dan hanya boleh menggunakan kamera handphone (kamera digital dan sejenisnya lapor pengelola)

Selain 3 Obyek wisata diatas, Terdapat juga makam Raja- Raja dahulu diantaranya Raden Patah, Pangeran Trenggono, Arya Penangsang dan Syekh Maulana Maghribi yang berada di sebelah utara Masjid Agung Demak.
Untuk wisata kuliner di Demak kita bisa mencicipi Sengkulun, snack khas Kabupaten Demak yang dibuat dari bahan tepung ketan, santan kanil, gula pasir, garam dan pewarna. Dan juga menikmati manisnya Belimbing & Jambu Delima, buah belimbing yang besar dengan rasa yang manis dan segar merupakan buah khas Demak yang terdiri dari tiga jenis yaitu : Kapur, Kunir dan Jingga.

SOLO MY ADVENTURE

Ketika sedang musim liburan, alangkah menyenangkan jika dapat menghabiskan masa liburan di suatu tempat yang diinginkan. Salah satu kota wisata yang menjadi tujuan warga untuk menghabiskan liburannya adalah kota Solo. Kota Solo adalah kota kecil yang berada di Jawa Tengah dan memiliki luas wilayah 44km2. Kota dengan latar belakang budaya yang sangat kental ini dipimpin oleh seorang Walikota yang saat ini dijabat oleh F.X. Rudi Hadiyatmo.
Gudeg Solo - Liburan ke Solo
Kota Solo memiliki keindahan budaya dan tata kota sehingga menjadikan sebagai tujuan utama bagi para pelancong. Terdapat tempat wisata budaya seperti Keraton Kasunanan dan Puro Mangkunegaran sebagai magnet budaya sehingga membuat setiap orang untuk ingin selalu mengunjunginya. Bukti sejarah dapat dirasakan begitu nyata apabila berkunjung ke kedua keraton ini yang hingga saat ini masih lestari.
Selain tempat wisata budaya, yang menjadi incaran bagi yang berlibur ke Solo adalah keanekaragaman kulinernya. Kuliner Solo sangat beragam mulai dari makanan berat hingga minuman ringan yang selalu membuat para pelancong atau warga asli Solo ingin selalu merasakannya lagi dan lagi. Makanan yang menjadi incaran antara lain nasi liwet Margoyudan, Tengkleng Klewer, Sate Buntel Tambak Segaran, Sate Kere Yu Rebi, Sop Buntut Penumping, Mie Pak Dul, Selad Viens, Hik Pak Wiryo dan lain-lain. Makanan-makanan ini selalu dapat memanjakan lidah para pecinta kuliner bahkan hingga para petinggi Negara pun gemar dengan masakan Solo.
Berkaitan dengan kecantikan kota, Solo selalu berbenah diri antara lain dengan membuat city walk untuk memudahkan para pejalan kaki menikmati kota Solo. Selain itu, bagunan baru dengan desain modern seperti Gedung Bank Indonesia di kawasan Gladak menjadi landmark baru sebagai tempat nongkrong anak-anak muda di sore hari.
Bagi para wanita, tidak lengkap jika tidak menghabiskan liburan dengan berbelanja. Untuk memuaskan hasrat menghabiskan uang, Anda dapat berkunjung ke pusat grosir pakaian seperti Pasar Klewer, Pusat Grosir Solo dan Beteng Trade Center. Jika Anda penggemar batik Solo, maka showroom Batik Danar hati, Batik Keris, batik Semar dapat Anda kunjungi untuk mendapatkan koleksi terbaru.
Sepertinya berlibur ke Solo tidak cukup hanya dalam hitungan hari maka sediakan waktu yang cukup sehingga Anda puas dengan melakukan semua yang Anda inginkan ketika berada di Solo.

JOGJA MY ADVANTURE

Terlihat unik, formasi karang yang letaknya agak jauh di sebelah barat Wediombo atau terlihat sangat jelas di jalan utama sebelum masuk area parkir pantai Wediombo. Warga sekitar menyebutnya pantai Watu Lumbung. Nama yang cukup unik, Watu bisa diartikan batu atau formasi karang yang kita lihat sedangkan lumbung jika diartikan semacam bangunan untuk menyimpan padi, dan biji-bijian. Mungkin penamaan unik tersebut karena formasi karang tersebut mirip sebuah lumbung, terutama batu karang yang paling besar.


Rute ke pantai Watu Lumbung
Pantai Watu Lumbung ini terletak di Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunungkidul tepatnya di wilayah Gunung Batur. Rute menuju pantai Watu Lumbung cukup sulit dan melelahkan karena kita harus berjalan kaki kira-kira 45 menit sampai 1 jam. Pertama kita harus berangkat menuju pantai wediombo, dari loket pembayaran, ikuti jalan yang ada lalu nanti di kanan jalan ada jalan yang bisa dilalui. Ikuti jalan tersebut sampai jalan tersebut habis dan terdapat pemandangan layaknya danau. Dari sini kita mulai berjalan kaki (tracking) melewati hutan dengan jalan tanah yang agak liat. Agak menyulitkan jika keadaannya sehabis hujan. Saat saya dan teman-teman melewati hutan sering terdengar suara semacam kera atau monyet ekor panjang bersahut-sahutan. Setelah sekian lamanya berjalan mengikuti jalan yang ada laut mulai terlihat. Disini kita harus mulai hati-hati karena akan menuruni tebing dengan jalan setapak kecil disebelahnya jurang, bahkan jalan setapaknya ada yang sedikit tak terlihat karena sudah tertutup tumbuhan. Setelah berhasil menuruni jurang, sampailah di salah satu pantai tersembunyi jogja :D



Dilihat dari jauh indah, dilihat dari dekat detailnya keindahannya makin jelas. Beberapa teman yang pernah ke Pantai Tanjung Papuma mengira melihat foto ini seperti pantai di Jember. Memang mirip sekilas namun hanya batuan karangnya saja. Disini juga ada batuan vulkanik yang berasal dari gunung batur yang dulu katanya pernah aktif dan meninggalkan sisa-sisa letusannya di pantai Watu Lumbung dan pantai Wediombo.


Pantai ini merupakan pantai favorit hobi memancing. Beberapa pemancing sedang asik menunggu umpannya di spotnya. Terlihat juga para nelayan memberhentikan perahunya dan menebar jala di sekitar pantai ini. Jangan membayangkan pantai ini kita bisa bermain pasir apa lagi berenang bermain. Sebagian besar pantai ini hanya batuan karang saja jika pun ada pasir itupun hanya sedikit dan tipis tidak seperti pantai-pantai wisata lainnya di Gunungkidul. Sisi-sisi karang yang berbatasan dengan laut memiliki kedalaman yang cukup dalam. Ombak pun tak bosan-bosannya menerjang formasi karang pantai Watu Lumbung ini. Sesekali ombak melesat naik ke batuan karang dan membasahi sekitarnya. Menurut teman yang sudah duluan ke sini, saat air laut pasang karang ini sebagian tenggelam oleh air laut hingga yang terlihat hanya karang Watu Lumbungnya saja.

Pantai yang cocok buat orang yang suka tracking, berpetualang ke tempat tersembunyi dan penghobi mancing. Kendalanya mungkin tidak ada lokasi untuk menitipkan kendaraan terdekat di desa terdekat atau bisa meninggalkan kendaraan di pinggir jalan yang di kira aman.


Spesial Thx buat kak Aria, Anno dan Mas Edi, teman satu Tim Sellaw Jelahah Pantai :D

SEMARANG MY ADVENTURE

Inilah cerita perjalananku keliling Kota Semarang yang dilanjutkan ke Pekalongan (untuk cerita wisata ke Pekalongan dilanjutkan besok ya..), Dimulai dengan   shalat magrib dahulu di depan Statiun Jatinegara karena sudah terdengar azan Magrib yang menyisakan cerita kriminal didalamnya yaitu   seorang bapak yang kehilangan sepatunya setelah Shalat Magrib di Mushola tersebut, padahal tidak jauh dari Mushola tersebut ada Pos Polisi. (Dasar maling nekat, sepatu bagus diambil juga heheheh).
Sekitar pukul 19.32 WIB kereta Api Senja Utama Semarang Bisnis datang dari arah Statsiun Senen dan segera menaiki kerete tersebut untuk melanjutkan perjalanan ke Semarang yang rencananya akan tiba di Statsiun Tawang pukul 03.01 keesokan harinya.
Inilah pemadangan pertama ketika menaiki kereta malam, ternyata dibawah tempat duduk penumpang dimanfaatkan  untuk merebahkan diri dengan sebelumnya dialasi oleh kertas koran, dengan posisi kaki memenuhi lorong kereta api,
Belum lagi dikejutkan oleh ulah pedagang asongan yang menawarkan dagangannya di setiap statsiun tempat kereta yang saya naiki berhenti, sehingga sering terbangun dari tidur. Tapi ada uniknya juga ketika mereka menawarkan barang dagangannya dengan kalimat jenaka yang membuat saya jadi tertawa geli misalnya Energen menjadi Enegren. Akhirnya kereta yang saya naiki sampai juga di Statsiun Semarang Tawang jam 03.47 WIB telat dari jadwal yang tertulis di dalam tiket.
Selamat datang di Semarang
Setelah menunaikan shalat subuh yang sempat terkecoh , karena ternyata di Semarang masih menggunakan doa qunut di setiap shalat Subuh, akhirnya diputuskan mencari penginapan yang dekat dengan Statsiun Poncol (karena besoknya akan melanjutkan ke Pekalongan dengan naik sempur di Statsiun ini,  yang menurut informasi sehari ada 3 jadwal pemberangkatanke Pekalongan) dengan menaiki becak Semarang di dini hari, dengan terlebih dahulu memesan ticket kereta untuk pulang dengan tujuan Pekalongan-Jakarta untuk tanggal 26 September 2011.
Ternyata para penarik becak di Semarang ini juga pandai untuk menjadi pemandu wisata, karena disepanjang perjalanan penarik becak ini menceritakan gedung gedung yang dilewati, mulai dari Gereja Bleduk yang halamannya sering dipergunakan untuk syuting, dan sumbangan dari pelerintahan Belanda kepada kota Semarang dengan memesang conblok di jalan jalan yang masih ada bangunan bersejarahnya.(kalau salah mohion dilarat ya..)
Setekah beristirahat dan membersihkan diri di Hotel, cacing cacing diperut bernyanyi minta diisi sarapan. Maklumlah tidak mendapat sarapan pagi dari hotel karena kedatangan dibwah jam check in (12.00 pm). Akhirnya diputuskan untuk sarapan pagi diluar sekalian menyusuri kota Semarang, dimulai dari sarapan pagi di Resto Ayam Goreng Pemuda 1, (menu soto ayam plus teh manis) dan dilanjutkan menyusuri Tugu Muda yang ternyata minggu pagi tersebut dimanfaatkan oleh warga untuk beraktivitas oagi seperti olah raga dan terlihat ada sekumpulan pelajar SMU yang sedang di MOS.
Tidak jauh dari Tugu Muda, Terdapat Obyek Wisata lawang Sewu, Orang menyebutnya Lawang Sewu yang secara harfiah berarti 'seribu pintu' -- meski nyatanya pintu yang ada tak sampai seribu. Konon Obyek wisata ini penuh misteri karena [pada zaman kolonial bangunan gedung ini dipakai untuk kantor Pusat Kereta Api seluruh jawa dan pada saat pendudukan Jepang Ruang bawah tanah gedung yang difungsikan sebagai saluran pembuangan air, sebagian diubah jadi penjara bawah tanah yang sarat cerita penyiksaan tahanan.
Bukan cerita soal keindahan bangunan dan sejarahnya yang menonjol. Tapi justru keangkerannya. Kondisi gedung yang gelap, bocor di sana-sini, dan tak berpenghuni memancarkan aroma mistis, sehingga pemandu menawari uji nyali dengan menawarkan untuk menuruni tahanan di jamannya. Tetapi dengan halus saya menolaknya karena akan ditampilkan penunggu tempat tersebut
Setelah diresmikan oleh Ibu Ani Yudhoyono pada tanggal 5 Juli 2011, diharapkan kesan mistis yang terlanjur melekat selama bertahun-tahun dapat hilang dengan menjadikannya cagar budaya, icon Jawa Tengah, yang juga diharapkan jadi destinasi wisata internasional.
Setelah itu meluncurlah ke Pusat oleh oleh khas Semarang yaitu jalan Pandanaran dengan memasuki salah satu Toko Erlina yang terkenal dengan Bandeng duri lunak – Juwana, Wingko babat dengan aneka rasa dan oleh oleh kas lainnya (tinggal pilih dan bayar heheheh). Dan tentu saja tidak menyia nyiakan kesempatan untuk mencicipi Lunpia Semarang yang langsung makan ditempat.
Karena akan memasuki waktu Dzuhur, diputuskan untuk mampir sejenak di Masjid Kauman setelahterlebih dahulu mampir sebentar di pasar Johar Semarang yang merupakan pasar terbesar dan pusat perekononian di Semarang.
Sehari-hari hingga kini Masjid Kauman tetap ramai dikunjungi oleh umat Islam yang ingin melakukan ibadah sholat atau hanya sekedar beristirahat. Apalagi tempatnya yang berada ditengah keramaian di seputar pasar Johar. Dari jalan utama memang keberadaan masjid ini kurang kelihatan. Mungkin hanya terlihat menaranya saja yang menjulang tinggi di langit.
Sore harinya perjalanan dilanjutkan dengan mendatangi obyek wisata Sam Poo Kong (Kelnteng Terbesar di kota Semarang). Konon tempat ini adalah petilasan, yaitu bekas tempat persinggahan dan pendaratan pertama seorang Laksamana Tiongkok beragama islam yang bernama Zheng He / Cheng Ho dan terletak di daearah Simongan Sebelah barat daya Kota Semarang.
Dan kemudian dilanjutkan menuju Klenteng Tay Kak Sie yang konon merupakan Klenteng tertua dibangun pada tahun 1746 di Semarang dan menjadi obyek wisata religi di kota Semarang, terletak di jalan Gang Lombok no. 62 Pecinan Semarang. Untuk mencapai klenteng, dengan memakai becak saya harus menyusuri Gang Lombok yang juga terkenal sebagai kawasan Pecinan Semarang. Di sisi kiri jalan mengalir air dari Kali Semarang, sedangkan si sisi kanannya, berjejer para pedagang makanan khas Gang Lombok yang merupakan makanan khas pecinan.
Malam telah tiba dan saya harus kembali ke penginapan untuk melanjurtkan perjalanan ke Pekalongan esok harinya.

BALI MY ADVANTURE

Siapa yang tak kenal Pulau Bali, pulau dewata yang merupakan icon Indonesia di dunia Internasional. Selain terkenal dengan keindahan pantainya, juga kaya akan budaya tradisionalnya. Hal itulah yang memaksa kami, yaitu aku dan teman-temanku semasa kuliah dulu, berpikir keras bagaimana cara untuk mencapai pulau tersebut. Kalau tidak salah sekitar pertengahan 2010, selepas aku diklat lapangan Pecinta Alam di kampus, inget banget dah, hehe..
My Journey! 
bali-map-high(foto’s from www.indonesia-tourism.com)
Dengan team yang sama seperti ke Yogyakarta sebelumnya., kami merencanakan untuk berangkat ke Bali dengan memakai jasa kereta api ekonomi kembali, murah meriah, hehe.. Setelah beberapa persiapan ini itu, nabung, ngebut ngerjain tugas kuliah, kami pun berangkat dari Stasiun Senen dengan menaiki kereta api tujuan Surabaya. Ya, sebelum ke Bali, kota Surabaya menjadi tempat persinggahan kami yang pertama. Perjalanan di kereta api sendiri, apalagi yang namanya kereta api ekonomi, penuh dengan tantangan tersendiri. Mulai dari mencari tempat tidur yang enak, selalu terjaga akibat teriakan penjaja makanan minuman, kemudian selalu awas terhadap resiko kehilangan barang, yang nantinya akan terjadi pada kami, hiks..
Kami tiba di Stasiun Gubeng, Surabaya, sekitar pukul tujuh pagi. Selanjutnya kami akan naik kereta ekonomi lagi dari Surabaya ke Banyuwangi, namun di siang harinya sehingga ada waktu free sekitar lima jam yang kami habiskan untuk beristirahat di rumah kontrakan temen di Surabaya. Pada waktu itu kami tidak banyak melakukan perjalanan mengelilingi kota Surabaya karena keterbatasan waktu, maybe next time deh..
Perjalanan ke Banyuwangi, ujungnya pulau Jawa, kata temenku memakan waktu sekitar tujuh jam dari Surabaya, sungguh perjalanan yang panjang. Namun asiknya dengan kereta ekonomi, tiap singgah di beberapa stasiun, maka penjaja makanan pun naik ke atas kereta, dan makanan yang dijajakan itu biasanya makanan khas dari daerah itu sendiri, sehingga sekalian wisata kuliner juga, hihi.. Sekitar pukul sepuluh malam, kami tiba di stasiun terakhir, Banyuwangi. Tujuan kami selanjutnya adalah menuju Pelabuhan Ketapang, yang letaknya ternyata tidak terlalu jauh dari stasiun kereta, cukup berjalan selama 10 menit. Kami merencanakan untuk menyeberang ke Bali dengan kapal Feri yang berangkat Subuh keesokan harinya.
Stasiun Banyuwangi baru ketapang01(foto’s from wardie99.blogspot.com)
Malam itu kami habiskan di sekitar pelabuhan. Muter-muter nyari makan, terus beli tiket kapal yang ternyata mesti beli dini harinya. Sempat ketemu rombongan teman yan ternyata baru dari Bali, wow, kejadian tak terduga. Kemudian kami mencoba mencuri waktu untuk tidur dengan berbekal matras yang kebetulan kubawa dan berbantalkan tas masing-masing. Sekitar pukul tiga pagi, kami sudah bangun kembali dan bergegas untuk membeli tiket. Lama penyeberangan itu sendiri sekitar satu jam, dan setelahnya, Pulau Bali!!
pelabuhan ketapang(foto’s from www.elshinta.com)
Sesampai di Pelabuhan Gilimanuk, Bali, kami sempat kesulitan saat akan keluar kawasan Pelabuhan karena ada seorang calo tiket yang mengingatkan kami ada pemeriksaan KTP di situ dan menawarkan jasa untuk mengeluarkan kami dari Pelabuhan, waduh, masa sih! Aku jelas tidak percaya, dan kami juga tidak terburu-buru keluar, sempat Subuhan juga dan beli roti buat sarapan. Sewaktu akan keluar dari Pelabuhan, memang terlihat di depan kami banyak orang berdesak-desakan, aku berpikir, “apa ini ya waktu pemeriksaannya?”. Parno juga pada waktu itu. Namun aku mengajak kawan lainnya untuk ikutan menyusup dalam barisan yang keluar tersebut, dan.. Berhasil! Tidak ada sama sekali yang menghentikan langkah kami untuk mulai menjelajah Pulau Bali, hahaha… Sebenarnya sih kami tidak takut akan pemeriksaan KTP tersebut, karena toh kami semua bawa KTP, tapi yang kami khawatirkan adanya hal-hal diluar dugaan, you know lah..
pelabuhan-gilimanuk130311b(foto’s from news.liputan6.com)
Dari luar pelabuhan kami menaiki angkutan semacam elf, dengan tujuan Terminal Ubung. Di sepanjang perjalanan aku terpana melihat banyaknya tradisi budaya dan agama yang dilaksanakan. Beneran deh, pergilah ke tempat-tempat yang belum pernah kau kunjungi, dan temukan hal-hal baru yang akan membuatmu takjub! Perjalanan yang memakan waktu empat jam itu tak terasa bagiku karena selalu takjub melihat pemandangan pagi itu di Pulau Bali.
ubung(foto’s from www.bali-bisnis.com)
Sesampai di Terminal Ubung, kami berencana untuk langsung ke Denpasar. Karena semuanya tuh baru pertama kali kesini, jadinya kami masih meraba-raba jalan. Setelah nego dengan angkot di terminal, disepakatilah ongkos sampai ke Kuta, ya, bukan ke Denpasar lagi, tapi langsung ke Kuta! Berdasarkan rekomendasi teman yang sehari sebelumnya ketemu di Banyuwangi, kami langsung mencari penginapan di Kuta. Penginapan yang mereka rekomendasikan tersebut berada di kawasan Poppies Line.
Memasuki Jalan Legian, Kuta, yahpada tau kan pemandangan apa yang akan kalian jumpai disitu, yap! bule-bule yang berkeliaran di sepanjang jalan, sehingga terlihat seperti bukan berada di Indonesia lagi kawan! Kami segera ke penginapan yang direkomendasikan tersebut, dan beruntung masih tersedia dua kamar kosong. Fasilitas yang ditawarkan oleh penginapan tersebut cukup lumayan juga buat kami, yaitu tempat tidur plus kipas angin, kamar mandi di dalam kamar, dan tersedia breakfast tiap paginya. Lokasinya juga strategis, deket dari Jalan Legian, dan ternyata Jalan Poppies Line tersebut tembusnya ke kawasan pantai Kuta. Kami sangat excited pada waktu itu, aku masih ingat..
26772_1254778485015_1096152716_30585651_2412961_n
Nah, apa yang selanjutnya kami lakukan di Bali, adalah hal yang mungkin semua orang yang sudah ke Bali melakukannya juga, jadi aku akan membahasnya secara singkat, hehe… (janji deh lain waktu akan diceritakan). Dengan berbekal motor yang dirental di penginapan tersebut, brosur wisata di Bali, dan peta pulau Bali, serta om Google, kami pun dengan pedenya mengelilingi Bali. Sebenarnya tidak tepat sih kata mengelilingi, karena pada kenyataaannya perjalanan paling jauhnya waktu itu hanya sampai Tanah Lot, hehe.. Okay, ini dia list perjalanan kami kala itu:
Hari 1 : Pantai Kuta – Pura Uluwatu (tempat menyaksikan sunset yang paling kurekomendasikan)
Hari 2 : Pantai Kuta (lagi) – Tempat sodara temen di dekat daerah Tanah Lot (waktu itu kebetulan hari Jumat, dan kami lama disitu, lupa nama tempatnya) –Tanah Lot (sunset cuy)
Hari 3 : Pantai Sanur (niat cari sunrise, apa daya sempat tersesat, nyampe udah jam tujuh aja) – Pantai Kuta (lagi-lagi)
26772_1254741444089_1096152716_30585608_6076734_n
26772_1254742244109_1096152716_30585612_2596702_n
26772_1254785605193_1096152716_30585680_5354285_n
26772_1254875207433_1096152716_30585943_1322250_n
Memang waktu itu kami lebih banyak menghabiskan waktu di Pantai Kuta dan di sepanjang kawasan Kuta. Apalagi kami memang tidak memiliki rencana muluk-muluk untuk mengelilingi Pulau Bali, disebabkan manajemen perjalanan kami yang kurang dan belum adanya pengalaman. Secara overall, aku belum puas pada waktu itu, dan berencana untuk kesana lagi suatu hari nanti (dan ternyata benar deh kesana lagi).
Di hari ketiga, siang itu juga setelah check out dari penginapan, kami mencari carteran mobil untuk ke Terminal Ubung lagi. Kami berencana kembali ke Pulau Jawa dengan cara yang sama sewaktu kami pergi. Dari Terminal Ubung kami menaiki bis besar dan sampai di Pelabuhan Gilimanuk pada malam harinya. Menyeberang pada dini harinya, dan sejam kemudian sudah tiba kembali di Pelabuhan Ketapang, yang artinya kami telah kembali ke tanah Jawa.
Sesampai di stasiun Banyuwangi, kami terpisah menjadi dua, ada seorang teman yang melanjutkan perjalanan ke Yogyakarta dimana temannya telah menunggunya disana, dan empat orang termasuk aku memutuskan untuk berangkat ke Malang. Yap, kota Malang, kota yang terkenal dengan apelnya dan klub sepakbola Arema Malang. Sebelum kami kembali ke Jakarta lagi, kami singgah dulu di Solo dan Malang, karena waktu liburan kami masih ada (nantinya aku ceritakan di lain kesempatan, dan alasan kenapa foto di perjalanan kali ini begitu sedikit).
Yang pasti, pengalaman yang kudapat di perjalanan kali ini begitu berkesan, karena merupakan perjalanan yang serba mendadak dan buta sama sekali lokasi yang dituju, sangat berkesan sekali perjalanan pergi dan pulangnya. Kalo ke Yogyakarta sebelumnya, kami merasa cukup tenang karena ada teman disana, kalo ini? kami meraba-raba jalan! Ada sekitar sepuluh hari juga kami habiskan di perjalanan kali ini, dari Jakarta dan kembali lagi ke Jakarta.
Akhirnya, sampai jumpa di lain kesempatan. Teruslah berpetualang kawan, dan cobalah keluar dari zona nyaman kalian sekarang untuk pergi ke tempat yang selama ini hanya bisa kalian impikan dan kalian bayangkan saja, karena alasan waktu dan duit kalian tidak melakukan perjalanan tersebut. Salam!